Senin, 24 Oktober 2016

My Struggle to Get Mr Adang's Book

Awalnya, saya minta tolong sama teman yang di Jogja. Karena, ketika mencari di peramban, situs terpercaya yang muncul adalah Jogjalib dan Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur.
Nama teman saya Kak Dwi. Saya mengenalnya dari sebuah grup kpopers. Kami hanya saling kenal melalui media sosial, namun karena grup tersebut sudah lama, para membernya saling percaya satu sama lain.
Ketika Kak Dwi menghubungi Jogjalib pusat, menurut mereka, buku 'Mengenal Manusia dan Pendidikan' terdapat di Jogjalib cabang. Namun ketika menghubungi Jogjalib cabang, tidak ada respon. Akhirnya Kak Dwi pergi ke cabang Jogjalib, yang ternyata ada tiga.
Sudah dua cabang dikunjungi, namun buku tersebut belum ditemukan. Akhirnya, di cabang yang terakhir dikunjungi ini, buku 'Mengenal Manusia dan Pendidikan' tersebut ada, sejumlah lima buah.
Sayangnya, cabang ini baru saja dibuka, dan masih dalam tahap pendataan. Akhirnya Kak Dwi pulang dengan tangan hampa.
Karena perjuangan kita stuck, akhirnya kami menyudahi pencarian. Proses pencarian di Jogja ini memakan waktu kurang lebih dua minggu.
Karena pencarian di Jogja stuck, maka saya beralih mencari ke Surabaya. Lagi-lagi saya memanfaatkan koneksi saya dengan para kpopers, mencari orang Surabaya yang mau dimintai tolong. Kebetulan di sebuah grup yang saya percaya, ada salah satu member yang tinggal di Surabaya. Akhirnya saya meminta tolong padanya. 
Namanya Livia, tapi kami biasa memanggilnya Tacik. Saya meminta tolong hari Jumat, namun Tacik baru bisa mencari bukunya hari Rabu tanggal 19 Oktober. 
Alhamdulillah, dia langsung menemukan buku tersebut, walau menurutnya mencari buku tersebut penuh perjuangan. Awalnya, saya hanya menginginkan fotokopiannya saja. Namun, karena batas waktu peminjaman dua minggu, saya memutuskan untuk meminta dikirim buku aslinya. Tacik mengirimkan paket berisi buku tersebut keesokan harinya.
Akhirnya buku tersebut sampai ke Serang hanya dalam waktu dua hari. Namun karena saya menggunakan alamat Nor Rizqa (Icha) dengan pertimbangan biaya kirim lebih murah, buku tersebut sampai ke tangan saya hari Senin 24 Oktober. 
Ketika saya mendapat paket tersebut dari Icha, saya sempat terkejut, karena paket tersebut sangat tipis. Bahkan saya sampai memeriksa halaman buku tersebut, khawatir tidak lengkap. Ketika memeriksa, saya kembali dikejutkan buku ini. Buku ini merupakan cetakan pertama! Wow! 1988, bahkan saya belum lahir saat itu. Kertasnya menguning, covernya berupa karton yang ditempel bagian depan cover asli.
Yang pasti, selama proses pencarian, saya deg-degan. Bagaimana jika sudah ada yang duluan? Sia-siakah perjuangan saya? Tapi, ternyata saya menjadi yang pertama :) 


Minggu, 02 Oktober 2016

Polemik LGBT

Saat ini sedang marak dengan adanya hubungan sesama jenis. Lesbi, gay, bisex, dan transgender atu yang disingkat dengan LGBT ini memang sedikit meresahkan, terutama di negara yang masih memegang nilai-nilai leluhur ataupun agama yang kuat seperti Indonesia. Meskipun begitu, dibeberapa negara seperti Amerika Serikat, Belanda, Perancis, LGBT sudah dilegalkan.

Pada dasarnya, perasaan suka adalah fitrah. Baik kepada sesama jenis maupun berlainan jenis. Tinggal bagaimana kita menyikapi perasaan tersebut. Biasanya apabila seseorang memiliki perasaan suka kepada sesama jenis, ia akan mengartikan perasaannya sebagai perasaan kagum atau sebagainya. Namun ada pula  yang mengartikan perasaannya sebagai perasaan suka yang sebenarnya. 

Manusia memiliki beberapa hormon, diantaranya hormon estrogen dan testosteron. Meski hormon estrogen dikenal sebagai hormon wanita, dan hormon testosteron dikenal sebagai hormon pria, namun keduanya terdapat pada setiap manusia, hanya saja dengan kadar berbeda. Kadar hormon inilah yang menyebabkan adanya perempuan yang maskulin atau kelelaki-lakian dan laki-laki yang feminim. 

Berkembang biak adalah kebutuhan manusia untuk melanjutkan keturunan agar tidak punah. Untuk berkembang biak, dibutuhkan bersatunya sel telur dan sel sperma yang kemudian menjadi zigot, bakal bayi. 

Meskipun di atas dijelaskan bahwa perasaan kepada sesama jenis termasuk fitrah, namun dilihat dari salah satu kebutuhan manusia yaitu berkembang biak hal itu adalah kesalahan. Bayangkan jika seluruh manusia menyukai sesama jenis dan merealisasikannya dengan pernikahan, maka umat manusia akan punah dengan tidak adanya perkembang biakan. 

Maka dapat disimpulkan bahwa menyukai sesama jenis dapat dibenarkan, dengan syarat tidak direalisasikan dengan pernikahan.